counter free hit unique web Mantap Slurr, Warga Sleman Bisa Sulap Koran Bekas Jadi Kerajinan | Literaksi

Mantap Slurr, Warga Sleman Bisa Sulap Koran Bekas Jadi Kerajinan

Limbah koran bekas umumnya hanya dibuang, dijual kiloan atau menjadi pembungkus makanan. Namun, ditawwwngan kreatif Sri Rahayu, warga Padukuhan Nglempong Lor RT 07 Kalurahan Sariharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, limbah koran bekas disulap menjadi kerajinan berkelas. 

 

LITERAKSI.COM, SLEMAN– Sambil duduk santai, jemari tangan Sri Rahayu terus bergerak lincah, menganyam gulungan kertas koran yang sudah dipotong. Perempuan 55 tahun itu terlihat sangat teliti dan luwes menyilangkan satu gulungan kertas dengan gulungan lainnya. Tangan kanan sesekali mengoleskan lem sebagai perekat. Sementara, jari kirinya menjadi titik tumpu gulungan.

Tak begitu lama, gulungan itu menjadi sebuah kontruksi anyaman.

“Proses awalnya seperti ini,” ujar dia, memperlihatkan gulungan kertas koran yang sudah terangkai.

Ibu dua anak itu kemudian melanjutkan kreasinya. Gulungan kertas Koran itu dianyam kembali. Mengikuti pola kerajinan yang akan dibentuk. Ditangan Sri Rahayu prosesnya terlihat sangat mudah. Jemari tangannya lincah bergerak dan telaten. Menyambung gulungan demi gulungan. Tidak begitu lama, kurang dari satu jam, sebuah kerajinan tempat pensil dari limbah koran tercipta.

“Bentuk ini yang paling simpel,” tuturnya. Setelah pola anyaman terangkai, proses selanjutnya adalah finishing dengan diberi pewarna agar kuat dan menarik. Proses pewarnaan dibantu oleh suaminya, Iwan Yuzoardi, yang juga seorang seniman.

Sri Rahayu bercerita, sebelum menggeluti kerajinan limbah koran, dirinya pernah bekerja disebuah perusahaan asing yang bergerak dibidang furniture. Tugasnya adalah membuat desain hingga bagian kontrol produksi. Selain kerjaan itu, Alumni teknik sipil Universitas Tidar Magelang tahun 2000 itu juga sering terlibat dalam sebuah proyek konstruksi.

Namun, musibah tak diinginkan terjadi. Sri Rahayu mengaku terkena serangan jantung pada tahun 2014 hingga memaksanya untuk resign dari kerjaan. Tahun itu menjadi titik balik kehidupannya.

“Karena suka desain, saya mulai main kerajinan. Awalnya kerajinan flanel dan perca. Saya buat menjadi Boneka,” ujar dia.

Seiring berjalan waktu, semangat dan minat memproduksi kerajinan terus tumbuh. Suatu ketika, dia melihat tumpukan koran bekas. Otaknya berfikir, daripada kertas dijual kiloan dengan harga murah, terbesit ide untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk bernilai ekonomis. Melalui google, dirinya belajar. Seketika itu, langsung dipraktekkan.

Siapa sangka, bakat desain dan hobinya membuat pernak-pernik mengalir dalam karya. Limbah koran bekas itu, mulanya dipotong dan dibuat gulungan. Lalu dianyam menjadi macam-macam kerajinan. Mulai dari vas bunga, tempat pensil, topi, replika cangkir, tempat permen, keranjang, hingga tas dengan beragam ukuran. Ada puluhan bentuk kerajinan yang sudah dibuat.

“Semua bahannya, kami memanfaatkan limbah,” terang dia.

Kerajinan berbahan limbah kertas koran buatan Sri Rahayu dijual secara online dan offline. Penjualan offline dengan menitipkan disebuah showroom dijalan Kaliurang. Pemasarannya hingga Bandung. Sementara online, dengan memanfaatkan platform Instagram dan WhatsApp. Harga jualnya bervariatif, berkisar antara Rp 35 ribu – Rp 250 ribu rupiah. Tergantung pola anyaman dan tingkat kerumitan.

Kerajinan limbah koran, awalnya laris manis. Sri Rahayu mengaku sempat memiliki dua karyawan. Namun semenjak pandemi corona datang, industri kecil menengah mengalami pukulan luar biasa. Produksinya anjlok, dua karyawan terpaksa harus dirumahkan, karena terkendala oleh penjualan.

“Mudah-mudahan, pandemi ini segera berakhir,” kata dia, menaruh harapan.

administrator

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *