Literaksi.com – TikTok, salah satu platform media sosial video pendek terpopuler saat ini, telah mengumumkan bahwa pengguna di bawah usia 18 tahun akan memiliki batas waktu layar satu jam secara default.
Ini adalah salah satu langkah paling agresif oleh raksasa China dalam upaya untuk mengurangi kritik tentang remaja yang terus-menerus melakukan scrolling di media sosial asal Tiongkok tersebut.
Ketika batas waktu 60 menit atau satu jam tercapai, maka pengguna akan diminta memasukkan kode sandi pada perangkat.
Ini akan menciptakan semacam penghalang untuk penggunaan tanpa henti dan mendukung kesejahteraan digital pengguna muda.
Cormac Keenan, kepala kepercayaan dan keamanan TikTok, mengatakan bahwa perusahaan berkonsultasi dengan peneliti dan pakar dari Digital Wellness Lab di Rumah Sakit Anak Boston untuk memutuskan batas waktu yang ditetapkan bagi pengguna remaja.
Dia menambahkan, “Meskipun tidak ada posisi yang didukung secara kolektif tentang seberapa banyak waktu layar yang ‘terlalu banyak’, atau bahkan dampak waktu layar secara lebih luas, kami menyadari bahwa remaja biasanya membutuhkan dukungan ekstra saat mereka mulai menjelajahi dunia online secara mandiri. ”
Sementara fitur batas waktu layar satu jam akan diaktifkan secara default di aplikasi seluler TikTok, pengguna akan dapat menonaktifkan fitur baru ini dari pengaturan aplikasi.
Meskipun demikian, ini merupakan langkah yang baik dari perusahaan untuk mengaktifkan fitur secara default dan meminta pengguna mengambil tindakan untuk menonaktifkan fitur tersebut.
TikTok juga memperbarui fitur Family Pairing, yang memungkinkan orang tua atau wali menautkan akun TikTok mereka dan mengatur kontrol.
Mereka juga dapat memfilter video dengan kata-kata atau tagar, menetapkan batas waktu layar harian khusus, dan mengatur jadwal khusus untuk menonaktifkan notifikasi TikTok.
Perkembangan tersebut terjadi pada saat TikTok, serta platform media sosial lainnya, menghadapi pengawasan atas dampak penggunaan platform tersebut dalam waktu lama, terutama pada pengguna muda.
Selanjutnya, perusahaan induk TikTok juga menghadapi tekanan dari pemerintah AS dan lainnya atas kekhawatiran tentang keamanan karena ikatan perusahaan di China.