Literaksi.com – Pengamat sepakbola sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fajar Junaedi, memberikan tanggapan terkait pemecatan Shin Tae-yong oleh PSSI. Ia menilai saat ini Timnas Indonesia tengah menghadapi situasi yang sangat krusial.
Shin Tae-yong resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Senin (6/1/2025). Keputusan ini diumumkan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Fajar, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Muhammadiyah, menyatakan bahwa keputusan mengganti pelatih di tengah kondisi saat ini kurang ideal.
“Timnas Indonesia sedang berada di fase kritis, terutama karena posisi yang aman dalam kualifikasi putaran ketiga Piala Dunia,” ungkap Fajar dikutip Rabu (8/1/2025).
Tantangan Pelatih Baru untuk Adaptasi
Menurut Fajar, pergantian pelatih membutuhkan waktu untuk adaptasi, baik bagi pemain maupun pelatih baru. Padahal, jadwal pertandingan melawan Australia dan Bahrain di Maret 2025 semakin dekat.
“Proses adaptasi ini menjadi kendala, karena pelatih baru tidak memiliki cukup waktu untuk memahami karakter pemain. Begitu juga sebaliknya, para pemain harus cepat menyesuaikan diri,” tambahnya.
Dalam perspektif ilmu komunikasi, Fajar menjelaskan fenomena ini melalui Uncertainty Reduction Theory. Teori ini mengungkapkan bahwa pertemuan pertama antara individu akan menghadirkan dua jenis ketidakpastian, yaitu ketidakpastian kognitif dan perilaku.
Ketidakpastian kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap individu lain saat berinteraksi, sementara ketidakpastian perilaku menyangkut prediksi terhadap tindakan seseorang dalam situasi tertentu.
Harmoni dalam Tim Jadi Kunci
Fajar menegaskan bahwa pelatih baru harus mampu mengurangi ketidakpastian ini untuk menciptakan keharmonisan dengan para pemain dalam waktu singkat.
“Pelatih baru akan menghadapi tantangan besar. Harmonisasi tim sangat penting untuk menjaga performa,” ujar Fajar.
Selain itu, ia juga menyoroti tekanan eksternal yang akan dihadapi pelatih baru, mulai dari ekspektasi publik hingga sorotan media massa.
“Jika performa Timnas Indonesia di bawah pelatih baru tidak lebih baik dari Shin Tae-yong, tekanan publik, terutama di media sosial, akan semakin meningkat. Media massa pun akan terus membandingkan performa timnas dengan era Shin Tae-yong,” jelasnya.