Literaksi.com – Laporan terbaru dari Perusahaan Penyiaran Publik Israel mengungkapkan pembatalan sekitar 20 operasi penangkapan aktivis Palestina di Tepi Barat. Penyebab utama adalah kekurangan ruang di fasilitas penahanan setempat.
Media tersebut melaporkan bahwa kondisi memburuk di pusat penahanan memaksa aparat untuk mengevaluasi risiko yang ditimbulkan oleh kepadatan tersebut terhadap tahanan.
Otoritas keamanan menyatakan bahwa mereka terpaksa melepaskan tahanan administratif, yaitu tahanan yang ditahan tanpa dakwaan, pada akhir masa penahanan mereka untuk memberi tempat bagi tahanan yang dianggap memiliki risiko keamanan lebih tinggi.
Menurut Asosiasi Kelompok Tahanan Palestina, pada awal Juni 2024, terdapat sekitar 6.627 tahanan yang ditahan tanpa tuntutan.
Pejabat keamanan Israel memperingatkan bahwa kekurangan ruang di pusat penahanan dan penjara dapat menyebabkan lebih banyak pembatalan penangkapan dan tindakan penanggulangan lainnya di Tepi Barat yang diduduki.
Pada April 2024 kemairn, dinas penjara dan otoritas keamanan setempat menyatakan bahwa kapasitas penahanan untuk tahanan Palestina di penjara Israel adalah 14.500. Namun, jumlah tahanan sebenarnya melebihi 21.000.
Harian Maariv melaporkan pekan lalu bahwa Tel Aviv telah menangkap sekitar 4.150 warga Palestina di seluruh Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai pada 7 Oktober. Data dari Shin Bet mendukung laporan ini.
Namun, Kelompok Tahanan Palestina mengumumkan pada Minggu bahwa jumlah tahanan dari Tepi Barat yang diduduki sejak awal perang telah mencapai 9.345 orang, dua kali lipat dari laporan sebelumnya. Di antaranya terdapat sekitar 310 wanita dan setidaknya 640 anak-anak.
Asosiasi tersebut juga mengecam penolakan Israel untuk mengizinkan Komite Internasional Palang Merah memeriksa kondisi penahanan.
Selain itu, metode penganiayaan yang dilakukan Israel termasuk menyebabkan kehausan, kelaparan, dan kekurangan kebutuhan dasar hidup. Setiap tahanan hanya memiliki satu set pakaian, mencerminkan kebijakan kepadatan yang berlebihan.