Literaksi.com – Eric Ten Hag kembali menelan pil pahit di laga kedua Manchester United di English Premier League (EPL).
Setan harus rela kebobolan empat gol tanpa balas oleh tim yang finish di peringkat 13 EPL musim lalu, Brentford.
Permainan atraktif dan konstruktif Manchester United di laga pra musim, tidak terlihat lagi di laga ini. Justru muncul masalah dari berbagai lini di permainan setan merah.
Mulai dari lini belakang termasuk kiper yang salah dalam melakukan build up dan bertahan. Lalu lini tengah yang tidak mampu menjadi penghubung lini belakang dan lini depan.
Serta lini depan yang kesulitan membongkar pertahanan rendah yang diterapkan Brentford di laga tersebut.
Berikut analisa kekurangan Manchester United di laga melawan Brentford :
1. Formasi dan Gaya Bermain
Pada laga melawan Brentford, MU turun dengan formasi 4-3-2-1. Cristiano Ronaldo ditempatkan sebagai ujung tombak.
Di kubu lawan, Brentford memakai formasi 3-5-2 yang dimana saat bertahan akan berubah menjadi 5-3-2 dengan blok rendah.
Pada saat build up, bek kanan MU, Diogo Dalot akan berada sejajar dengan bek lawan. Sedangkan bek kiri MU, Luke Shaw sejajar dengan duo bek tengah.
Sedangkan Brentford menerapkan high press dengan dua stiker nya sebagai preasure di depan.
Lini kedua akan melakukan man marking salah satunya pada Eriksen yang menjadi opsi umpan lini belakang MU.
Pada fase ini, pemain belakang MU sering melakukan kesalahan elementer yaitu dengan memberikan umpan ke Eriksen yang sedang dalam preasure pemain Brentford.
Ini adalah kesalahan MU dalam dua laga awal EPL. Pemain depan harusnya turun ke belakang untuk membuat koneksi.
Pemain depan yang turun ke belakang tentunya akan menarik bek lawan untuk membuka celah. Serta menambah jumlah pemain untuk membuka lebih banyak opsi passing.
2. Kiper Tidak Bisa Build Up
Kiper MU, De Gea memang menjadi sorotan lantaran kemampuan distribusinya tidak sebaik kemampuan source stoppingnya.
Hal ini menjadi penghambat sistem Eric Ten Hag yang sering memainkan build up dari bawah, kiper juga dituntut mampu melakukan passing dalam membangun serangan.
Bisa dibilang, dipilihnya De Gea merupakan naifnya Eric Ten Hag yang memilih kiper yang kurang dalam distribusi bola. Sementara gaya mainnya yang pro aktif menuntut kiper banyak menggunakan kakinya.
Apalagi dalam laga tersebut, kemampuan De Gea dalam hal source stopping kembali dipertanyakan usai gagal mengantisipasi tendangan lemah yang berujung gol dari Josh Dasilva di menit ke ’10.
3. Pemain Bertahan Mudah Dilewati
Pada saat bertahan, pemain MU kelihatan lemah saat menghadapi duel satu versus satu.
Pemain MU beberapa kali bisa dilewati dengan mudah oleh pemain Brentford.
Serta pemain MU sering melakukan pelanggaran di situasi bertahan yang membuat Brentford sering mendapatkan free kick.
Apalagi di EPL, Brentford termasuk tim dengan set piece yang rutin unik dan varitif di setiap momennya.
4. Lini Depan Kesulitan Bongkar Pertahanan
Lini depan MU kembali menemui kebuntuan saat harus membongkar skema pertahanan dengan blok rendah. Pekan lalu menghadapi Brighton & Hove Albion dan di minggu ini menghadapi Brentford.
Gaya bertahan lima bek yang diterapkan Brentford membuat jarak antara lini depan, tengah dan belakang yang sangat rapat,
Gaya bertahan yang menumpuk banyak pemain di dalam kotak pinalti, membuat MU kesulitan membongkar pertahanan.
Skema umpan crossing juga sia-sia karena kalah jumlah pemain menyerang dan bertahan.
Kesulitan membongkar pertahanan Brentford salah satunya tidak banyak pemain MU yang melakukan run in behind.
Serta kurangnya pemain MU bermain di ruang sempit. Sehingga sering dimanfaatkan Brentford untuk melakukan serangan balik.