Literaksi.com – Dandhy Dwi Laksono, aktivis, sutradara, dan produser film dokumenter meluncurkan karya terbarunya. Mulai 30 Mei 2023 film dokumenter, Dragon for Sale ditayangkan melalui platform Bioskop Online.
Dragon for Sale merupakan karya film dokumenter yang dicipta dalam kolaborasi Ekspedisi Indonesia Baru, Sunspirit dan Sahabat Flores. Secara garis merahnya, film menceritakan indahnya alam di Pulau Komodo dan pulau Labuan Bajo.
Di sisi lain, film Dragon for Sale juga mengupas terkait pembangunan pariwisata super premium di Labuan Bajo. Labuan Bajo masuk dalam salah satu dari destinasi “10 Bali Baru”.
Film dilatarbelakangi dengan adanya seluk beluk di balik pembangunan pariwisata. Seluk beluk pembangunan pariwisata di Labuan Bajo misalnya perubahan yang dialami oleh warga lokal.
Farid Gaban, salah satu tim Ekspedisi Indonesia Baru menyatakan bahwa ada konsekunsi sangat besar di balik pembangunan Labuan Bajo yang sedang berjalan.
“Salah satu konsekuensinya yakni harga lahan naik. Mau tidak mau membuat warga sekitar berpikir biaya hidup makin tinggi,” kata Farid Gaban, dikutip Jumat (16/6/2023).
Sementara itu masih ada pula efek pembangunan pariwisata Labuan Bajo terhadap alam. Dikhawatirkan pembangunan akan mengganggu keberlangsungan kehidupan satwa yang hidup di sana.
Cypri Paju Dale, peneliti antropologi di Universitas Wisconsin-Madison, USA menyatakan bahwa perubahan iklim berpengaruh pada berkurangnya jumlah komodo dalam jangka panjang. Apalagi habitat aslinya diobral untuk investasi. Kehidupan komodo akan semakin berpotensi terancam.
Dari keresahan-keresahan panjang tersebut, film Dragon for Sale dikemas dalam 5 episode di Bioskop Online. Setiap episode akan tayang setiap hari Selasa.
Slice of life lainnya dalam film yakni menceritakan perjalanan seorang musisi asal Flores, Venansius yang berkenalan dengan fotografer Yusuf Priambodo dari tim Ekspedisi Indonesia Baru.
Setiap bagian akan memiliki ceritanya masing-masing. Mulai dari pengalaman berlayar dengan kapal Pinisi, mendatangi Pulau Padar, bermalam di Pulau Papagaran. Terdapat pula episode lebih dekat dengan kehidupan komodo dan perjalanan akhir dengan kembali ke Flores yang menuangkan cerita warga lokal dalam karya film.
Bonifacius Soemarmo, VP Growth & Marketing Digital Business Visinema mengungkapkan film Dragon for Sale berisi muatan edukasi yang penting tentang pembangunan pariwisata di Labuan Bajo. Dengan tayangnya film Dragon for Sale diharapkan bisa menjadi sebuah tontonan yang informatif.
“Selain bisa lebih mengenal keindahan alam Labuan Bajo, film ini mengajak penonton untuk mengetahui kultur dan mencoba meningkatkan kepedulian penonton dalam melestarikan keindahan alam di Indonesia,” kata Bonifacius Soemarmo memaparkan.
Film Dragon for Sale menceritakan hal-hal yang selama ini kurang tampak di mata para turis. Meliputi
kondisi warga lokal, penyangkalan hak masyarakat adat, pencaplokan sumber daya air, privatisasi pantai, kondisi alam yang mulai terganggu, serta penguasaan bisnis oleh aktor-aktor bisnis raksasa yang berkaitan dengan kekuasaan politik. (Literaksi/Handayani)