Menulis Aksi, Menggerakkan Literasi
NEWS  

Mengapa Populasi Penduduk China dan Jepang Merosot Drastis


Warning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /home/u1604943/public_html/literaksi.com/wp-content/themes/wpberita/template-parts/content-single.php on line 98

Ilustrasi penduduk/istimewa


 

Mengapa Populasi Penduduk China dan Jepang Merosot Drastis

Literaksi.com,– China telah mencatatkan penurunan populasi pertamanya dalam beberapa dekade, yang oleh beberapa ahli disebut sebagai perubahan besar. Hal yang sama juga dirasakan Jepang yang menyatakan kekhawatirannya tentang penurunan populasi penduduk.

 

Dilansir dari NPR, menurut data yang diterbitkan oleh Biro Statistik Nasional China, populasi China daratan adalah 1,411 miliar orang pada akhir tahun 2022, turun 850.000 dibandingkan tahun sebelumnya. China akan segera melihat populasinya dilampaui oleh India yang tumbuh cepat.

 

Menurut data PBB, India memiliki populasi 1,4066 miliar, hanya tertinggal dari China 1,4485 miliar.

 

Apalagi pada tahun lalu, menurut data pemerintah yang telah dipublikasikan, China mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran. Para pejabat mengatakan 10,41 juta orang meninggal sementara 9,56 juta lahir.

 

China telah mengakhiri kebijakan satu anak pada tahun 2015 dan mulai mengizinkan pasangan menikah untuk memiliki dua anak. Bahkan, melalui penambahan insentif pada tahun 2021 mengizinkan hingga tiga anak. Namun mengapa langkah ini malah menyebabkan penurunan populasi?.

 

Yun Zhou, asisten profesor sosiologi di University of Michigan, mengatakan bahwa upaya China baru-baru ini untuk membalikkan arah dan mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak tidak berhasil.

 

“Dari penelitian saya sendiri, apa yang saya lihat adalah perempuan sering menolak dan sering memprioritaskan pekerjaan mereka yang dibayar dan memprioritaskan pengejaran cita-cita individualistis daripada insentif berkelanjutan ini,” kata Zhou.

 

“Tapi karena China adalah negara otoriter, masih harus dilihat sejauh mana dan seberapa ekstrim negara akan benar-benar berusaha memberi insentif kelahiran,” tambahnya.

 

Sementara di Jepang, berdasarkan data Pemerintah yang dikeluarkan pada 3 Juni 2022, Negeri Samurai itu mencatat rekor jumlah kelahiran terendah pada 2021 yang mendorong penurunan alami terbesar dalam populasi.

 

Ada 811.604 kelahiran pada 2021. Ini merupakan angka kelahiran paling sedikit yang terjadi sejak tahun 1899, menurut data Kementerian Kesehatan Jepang. Sementara itu, jumlah kematian di Jepang naik menjadi 1.439.809, menyebabkan penurunan populasi keseluruhan sebanyak 628.205 jiwa.

 

“Bangsa kita berada di titik puncak. Apakah dapat mempertahankan fungsi sosialnya,” kata PM Jepang Fumio Kishida dalam pidato kebijakan pada pembukaan sesi parlemen tahun ini, dikutip dari Reuters.

 

Kishida pada Senin (23/1/2023) berjanji untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna mengatasi angka kelahiran yang menurun di “Negeri Samurai”.

 

“Sekarang atau tidak sama sekali ketika menyangkut kebijakan tentang kelahiran dan membesarkan anak. Ini adalah masalah yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” ucap Kishida.

 

Dia akan mengajukan rencana untuk menggandakan anggaran untuk kebijakan terkait anak pada bulan Juni. Dia menekankan bahwa badan pemerintah baru Jepang di bawah kepemimpinannya akan membentuk badan pemerintah Anak dan Keluarga pada April untuk mengatasi masalah tersebut.

 

Jepang sendiri tercatat sebagai negara termahal ketiga di dunia untuk membesarkan anak. Ini merujuk pada data dari YuWa Population Research. Jepang berada di belakang China dan Korea Selatan, negara-negara yang juga mengalami penyusutan populasi dalam tanda-tanda yang mengkhawatirkan ekonomi global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *