Literaksi.com – Federico Valverde lahir 22 Juli 1998 atau 10 tahun setelah Alvaro Recoba lahir. Sama dengan sang legenda, Valverde lahir di Montevidieo Uruguay. Valverde muda sangat menyukai sepakbola sejak kecil.
Ibunya Doris Valverde bahkan sampai menyisir seluruh kota untuk membelikannya sepatu bola. Di usianya yang masih anak-anak, Valverde hanya bermain sepak bola di rumahnya. Setelah mendapatkan sepatu bekas dari ibunya, ayahnya mendaftarkan Valverde ke klub lokal Atletico Penarol. Itu adalah klub yang berbasis di Montevideo.
Ayahnya ingin putranya yang ia juluki “paharito” atau burung kecil itu menjadi pesepakbola yang dikagumi. Ibunya mengantarkan Valverde ke klub tersebut. Namun karena ia pemalu ketika ibunya mendorong nya untuk bergabung dengan anak-anak lain, ia tidak bergerak.
Sampai staf klub akhirnya turun tangan membujuk Valverde. Dengan wajah yang memerah karena malu, Valverde akhirnya mau bergabung dengan anak-anak lain. Dari sini, bakatnya pun mulai terlihat. Staf klub yang bertugas memilih bakat pemain muda, Nestor Goncalves, tak butuh waktu lama untuk mengidentifikasi waktu lama.
Valverde pun berkembang pesat di akademi Atletico Penarol. Ia berkembang lebih cepat dari perkiraan siapa pun. Di usianya yang baru 16 tahun, bakatnya sudah tercium ke Eropa. Bakat Valverde bahkan sudah dilirik klub-klub besar mulai dari PSG, Manchester City, Chelsea sampai Barcelona. Namun hanya Arsenal yang punya langkah lebih meyakinkan.
The Gunners langsung menawarkan uji coba kepada Valverde muda. Di usia yang baru 16 tahun mendapatkan tawaran dari klub sebesar Arsenal, adalah sebuah keajaiban. Ia mempunyai kesempatan dilatih langsung oleh Arsene Wenger pada waktu itu. Sayangnya ia gagal bergabung dengan Arsenal karena di waktu yang sama Real Madrid selangkah lebih maju dari The Gunners.
Saat Piala Conmebol U17 tahun 2015, Valverde ketika itu membela Timnas Uruguay. Utusan Los Galacticos mulai membujuk keluarga Valverde. Dan keluarga tidak bisa menolak. Dengan cepat, Los Blancos mendapatkan servis Valverde muda pada saat usianya menginjak 18 tahun. Pada Mei 2015, ia menjalani tes medis di Real Madrid.
Petaka muncul ketika ia menjalani tes medis, ia nyaris mengalami kekurangan gizi. tubuhnya tidak akan kuat. Dan itu membuatnya tidak bisa masuk ke squad Real Madrid. Namun Kepala Rekrutmen Real Madrid Juni Calafat menjamin Valverde akan masuk ke squad. Ia hanya butuh waktu. Dan akhirnya Valverde dikembalikan Real Madrid ke klub asalnya dengan jaminan akan kembali lagi ke Spanyol setahun setelahnya.
Bagi Valverde, hal itu tidak menjadi soal. Ia menyatakan dengan kembali ke Uruguay dapat membuatnya mengasah bakatnya lagi. Ketika pelatih Penarol Bengoechea memanggilnya untuk tur pra musim, dan beruntungnya ia memulai debutnya di tim utama berbarengan kembalinya Diego Forlan.
Valverde dan Forlan berhasil membawa Atletico Penarol menjadi juara Liga Uruguay pada musim tersebut. Sebelum akhirnya, Valverde benar-benar berangkat ke Real Madrid.
Karir Valverde bermula di Real Madrid Castilla. Performanya yang apik membuatnya tidak butuh waktu lama untuk membela tim senior. Adalah Zinedine Zidan yang menaruh kepercayaan tinggi kepada Valverde.
Ia yang kala itu berusia 21 tahun sudah bermain di squad utama Real Madrid. Valverde turun saat menghadapi Atletico Madrid, Sevilla dan Galasatary. Ia membantu Los Blancos clean sheet di tiga pertandingan itu.
Fisik Valverde sudah membaik. Ia sosok yang bisa bertarung sebagai gelandang box to box. Namun nasibnya tidak selalu mulus di Real Madrid. Kehadiran trio Modric, Kross dan Caseimero membuat Valverde sering tidak terpakai.
Apalagi Valverde sudah mulai sering diterpa cidera. Cidera panjang pada tulang kering dan otot aduktornya serta dua kali mengidap covid-19, membuatnya terlunta-lunta.
Meski di Real Madrid karirnya kacau, di Timnas Uruguay, Valverde adalah andalan. Dan itu yang membuat pelatih anyar Real Madrid Ancelotti melirik sang pemain. Don Carlo yang datang dengan misi modernisasi squad, menyalakan kembali harapan Valverde.
Setelah berselemat cukup lama, Valverde pun masuk squad Ancelotti. Namun penampilannya tidak konsisten. Di bawah Ancelotti, Valverde sering berganti-ganti posisi. Dan parahnya Valverde sampai terkena cidera lagi.
Hal itu membuat Valverde sering menghuni bangku cadangan. Namun itu tidak membuat Valverde putus harapan. Ia tetap giat berlatih hingga mendapatkan perhatian Ancelotti.
Dengan kecerdasannya, Ancelotti meracik format baru. Masih dengan formasi 4-3-3, ia mencari cara agar Valverde masuk ke squad Real Madrid dengan mengubah posisinya.
Valverde ditarooh di sisi penyerang sisi sayap. Ia dibuat sebagai pemain sayap yang mematikan. Valverde tidak pernah keberatan bermain di posisi mana pun, termasuk menjadi pemain sayap.
Ancelotti paham bahwa ia tidak mungkin terus menerus mengandalkan pemain tua. Dengan kecepatannya, Valverde adalah jawaban bagi taktik Ancelotti. Ia memang tidak bisa menggeser trio ajaib lini tengah, namun Valverde mempunyai kecepatan.
Itu lah yang dimanfaatkan Ancelotti dan hasilnya langsung kelihatan. Kecepatan Valverde membuat lini serang Real Madrid semakin berbahaya. Bahkan Valverde bisa mencetak gol dari posisi itu.
Valverde berklamufase dari gelandang box to box sebagai pemain sayap yang berbahaya.
Musim ini Valverde sudah mencetak 2 gol dari 5 laga di La Liga. Sementara di Liga Champions, ia sudah mencetak 1 gol dari 2 laga. Jumlah tersebut masih memungkinkan bertambah mengingat sangat mungkin karena kini Valverde telah diberi kepercayaan oleh pelatih.