Literaksi.com – Seorang atlet gulat perempuan mengalami dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pelatihnya sendiri. Hal itu terjadi saat dirinya sedang melakukan latihan gulat dalam persiapan kejuaraan Porda XVI DIY 2022.
Kasus dugaan pelecehan tersebut sebenarnya sudah dilaporkan kepada organisasi tempat korban berlatih. Namun hingga kini tidak mendapat atensi dari pihak organisasi.
“Saya sudah menghubungi organisasi tapi dikatakan itu urusan pribadi, bukan urusan organisasi,” kata Staff Ahli Bupati Bidang Perekonomian, Yudha Prathesissianta Wibowo, Kamis (27/10/2022).
Seolah tak ada tanggapan dari organisasi, orang tua korban akhirnya melaporkan ke UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bantul. Korban telah mendapat layanan konsultasi dan psikolog.
“Korban juga mengalami depresi akibat peristiwa yang dialaminya,” terang Yudha.
Terpisah, Kanit PPA Polres Bantul, Aipda Mustafa Kamal menyebutkan laporan atas dugaan pelecehan seksual itu masuk dalam penyelidikan. Ia menyampaikan kejadian yang dialami oleh korban ialah peristiwa hukum terkait relasi kuasa yang dilakukan oleh pelatih.
“Dari konsultasi sudah memenuhi syarat untuk dilaporkan, kita terapkan Undang-Undang TPKS [Tindak Pidana Kekerasan Seksual],” katanya, Kamis.
Kamal menjelaskan bahwa dari laporan dan pemeriksaan korban, peristiwa itu masuk ke dalam perbuatan cabul. Dirinya mengatakan bahwa keduanya tak sampai melakukan hubungan secara seksual.
“Kekerasan fisik tapi tidak sampai ke arah adanya hubungan seksual. Kalau sesuai aturannya ini perbuatan cabul, namun di undang-undang masuk kekerasan seksual fisik,” jelasnya.
Pemeriksaan saksi berinisial AS (31) kata Kamal, korban mengalami dugaan pelecehan seksual ketika bersiap untuk mengukuti kejuaraan Porda XVI DIY 2022.
Terduga pelaku mengajak korban berlatih di luar jadwa rutin. Keduanya bertemu di salah satu sasana latihan gulat yang ada di Bantul. Dalam sesi latihan itu, hanya korban dan terduga pelaku saja yang ada di lokasi setempat.
“Korban di chat pribadi sama pelatih, itu sah-sah saja dan lebih bagus. Cuma yang saya sayangkan ada kejadian seperti itu kemarin,” terangnya.
Di sisi lain, rekan korban berinisial RS mengaku bahwa korban awalnya tak mau bercerita peristiwa yang dialaminya. Mengingat depresi hingga melakukan self harm (melukai diri), RS berusaha mengajak korban untuk tenang.
“Dia mentalnya down dan tidak berani cerita, cuma diam sambil melukai tangan sendiri dengan mencakar,” terang RS.
Dari RS, perlahan korban mulai berani membuka cerita yang awalnya takut karena pandangan teman-teaman terhadap korban akan berubah.
“Setelah itu dia baru curhat ke beberapa teman. Tindakannya dia nggak berani cerita, saya bilang enggak apa-apa banyak teman yang dukung, yang penting kamu dikuatin mentalnya, banyak teman yang dukung,” jelasnya.